17 Februari 2010
tidurku tak pernah pulas. hari-hariku seakan tak pernah bebas. ada sesuatu.... yang mati-matian aku usahakan untuk menjadi baik-baik saja. aku menuang air di gelas dengan harapan tak pernah penuh, tapi ternyata gelas itu penuh juga. aku menghela nafas panjang, kucoba kali ini berlari sejauh mungkin. tapi ternyata aku tak bisa. kakiku kebas.
aku melihatnya dari kejauhan, lukisan hitam putih kehidupan. aku mencoba menertawakannya, mencoba membuatnya seakan itu biasa saja, tapi itu tak pernah berhasil. maka saat-saat seperti inilah, aku terjatuh. mereka akan tertawa... karena tau sebenarnya aku tak pernah baik-baik saja. aku selalu melihat waktu, bertanya-tanya kapan semua ini berakhir. atau aku mencoba melihat dengan kacamata lain, tapi dengan sebentar saja aku pusing. retorika ini tak pernah berhenti.
aku terbangun di pagi hari dengan pikiran kosong,pikiranku melayang jauh ke sebuah rumah gratis yang sama sekali membuatnya akan menjadi tak nyaman. rumah yang mematikan dayanya, saraf-sarafnya, kreativitasnya. aku mencoba mengalihkan pikiran itu, kubangunkan badanku. tapi darahku tak bisa berbohong lagi....
malam itu aku tersentak. hujan menghiasi kota ini dalam sekejap terdiam. malam itu biasa saja. aku duduk, dan mengobrol ringan. seperti angin,pikiran tentang rumah itu meluncur ke dalam urat-uratku, mematikan semua logika,pertahanan dan kesabaran yang aku punya. wajahku memucat.dan dengan tenangnya, mulutku berbicara. tentang bagaimana perasaan ini. pikiran ini. kegelisahan ini. kebingungan ini. keresahan ini. ketakutan ini.
aku bertanya kepada seseorang, dengan polosnya seperti aku anak kecil usia 5 tahun yang ingin dibelikan balon. aku bertanya, yang mungkin hanya semburat kalimat biasa tapi semua kegelisahan ini terwakilkan di dalamnya.
dan,, aku menangis.
aku menangis.
entah sudah berapa lama aku melupakan kalau dia hidup dalam darahku...dan entah sudah berapa lama aku menghujatnya.kecewa.marah. semua,,hanya padanya.
aku melupakan... bagaimana dia memelukku ketika aku kecil...
aku melupakan... bagaimana dia memanggilku...
aku melupakan... bagaimana dia mempercayai aku.
aku melupakan.. cara aku memanggilnya... cara aku menyalaminya...
aku melupakan... segala pertengkaran sebelumnya..
aku melupakan.... dia.
dia siapa bagiku....
dan aku menangis begitu hebatnya.....
lalu seseorang itu berkata...sudah ada yang menghukumnya....
(...bahkan ketika kutulis ini pun aku menangis..)