Rabu, 17 Agustus 2011

(note di fb) pesona pak tua gigi ompong

26 Februari 2011

Salah satu hobi nyeleneh saya adalah, saya suka memperhatikan orang. Nggak semua orang, tepatnya, beberapa yang saya anggap "menarik" di mata saya.

Salah satunya adalah bapak tua yang menjadi judul tulisan ini.



Bapak tua itu adalah penjual bensin eceran di dekat kos saya, yang selalu jadi langganan saya dalam keadaan bensin darurat. Bapak tua itu, selalu setia menjajakan bensinnya. Jika kamu berhenti, beliau akan menyapa dengan keramahan dan kegirangan. Tidak susah mencari orangnya, Beliau selalu mengenakan setelan terbaiknya, baju batik plus celana panjang plus peci. Tak lupa sepatu pantofel.

Yang saya tidak bisa lupakan adalah, setelah menerima uang dari saya, Beliau menjabat tangan saya dengan doa semoga saya sukses. Selamat sampai tujuan,jika berkendara. Dilancarkan rejekinya, jika saya bekerja. Sukses kuliahnya, jika saya sedang kuliah. Oh ya, tentu saja dengan senyum manis dengan giginya yang ompong.



Pada saat itu saya terpesona. Bukan karena giginya, tentu saja. Tetapi karena keramahannya yang tidak dibuat-buat. Sesuatu yang saya rasa, jarang bisa kita temui dlm kehidupan jaman sekarang. Saya sedikit miris, mengingat kadang saya bersikap tidak ramah. Nyuekin. Malas senyum. Tetapi bapak ini dengan pede-nya dia tetap tersenyum ramah walaupun dengan gigi ompong.



Apa yang sebenarnya mau saya share disini adalah, bagaimana menjadi pribadi yang ramah dan tulus kepada org lain, dengan siapa pun kamu berhadapan. Entah dengan orang kaya yang berpakaian mewah atau dengan orang kurang mampu yang berpakaian dekil. Karena, apa yang saya temui dlm kehidupan sekarang adalah, orang suka memilih bersikap hangat kepada orang yang berpakaian mewah, dan bersikap dingin kepada mereka yang berpakaian dekil...



Semoga mampu mengingatkan kita semua :)



Malang, 25 Feb 2011

(note di fb) tulisan nggak penting

8 Februari 2011


Saya jarang membuat notes di fb. Ada beberapa puisi sok keren yang saya coba publish. Tapi sekarang, saya ingin menulis sesuatu yang mudah-mudahan bisa menginspirasi saya dan org lain, dan mudah-mudahan tidak ada yang terganggu dgn notes saya.

Apakah saya mau curcol? a bit, actually. Tapi mungkin ini bisa juga menjadi pembelajaran untuk org lain.

Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya mengalami ketidakadilan. saya sedang tertekan. bingung. gelisah. pasrah. hanya bisa sabar. Utk pertama kali dalam hidup saya juga, saya menjadi org "bawahan" yg nggak bisa berbuat apa karena "atasan" saya. Saya, yang biasa hidup terpenuhi, kalau mau apa tinggal bilang, sekarang nggak bisa apa2. mati kutu. apa masalahnya? sebaiknya tidak saya ekspos karena akan mempersulit banyak org.

saya cuma ingin men-share sebuah hikmah yang saya dapat.

Sebelum2nya, saya selalu hidup gampang. Saya tidak pernah care tentang bagaimana rasanya jadi seorang "bawahan". Bagaimana rasanya disalahkan, bagaimana rasanya menjadi org yang tidak punya kekuasaan. Bahkan sebelum merantau saya tidak pernah merasakan bagaimana rasanya membawa sepeda motor dan harus kehujanan di jalan, dan harus memakai jas hujan. Saya tidak tahu, lebih buruknya lagi, saya tidak mau tahu. Tinggal telepon, dan seseorang akan menjemput saya naik mobil jadi saya tidak perlu kehujanan. beres.

Tapi kali ini, saya harus "kehujanan". tidak ada "telepon". Tidak ada "org yang akan menjemput saya". Tidak ada "mobil". Saya harus di "jalanan yang hujan badai". Sendirian. Punya pilihan; hadapi atau menjadi pengecut.



..dan sekarang saya tahu. Tuhan luar biasa sayang dgn saya, Beliau menganugrahi saya sebuah kesadaran utk mengetahui bagaimana rasanya "terpojok", "tanpa kekuasaan","tanpa pertolongan". Utk itu saya berterimakasih luar biasa pada Hyang Widhi my Lord. Utk sebuah karma ini, utk mampu menyadarkan saya, menampar saya demikian kerasnya. Mungkin airmata saya habis, energi saya habis, emosi saya habis, tapi tidak sebanding dengan hikmah ini. Hikmah yang menyadarkan saya tentang bagaimana harusnya memperlakukan sebuah kekuasaan. Ya, kekuasaan memang sama liarnya dengan harta dan wanita. Sama gelap, rakus, dan menggairahkan. Dan Tuhan menunjukkan saya bagaimana "licin"nya cara menggunakan kekuasaan dan bagaimana KEBIJAKSANAAN harus ditempatkan dalam iman seseorang yang memiliki kekuasaan.

Untuk itu, saya berdoa utk mereka yang memiliki kekuasaan agar dibekali KEBIJAKSANAAN yang luar biasa. Agar mampu menyentuh dan memahami hati mereka yang "dibawah".



Dan kepada mereka yang bernasib sama seperti saya. Utk disadarkan atas hikmah yang luar biasa ini. :)



I believe in Karma, I believe in concept Rwa Bhineda. Ada waktu kamu tersenyum dan tertawa, dan ada juga waktu kamu menangis. mungkin ini waktu saya "menangis".





Malang, 8 Feb 2010

(note di fb) lirih

29 Oktober 2010


hamba sahaya, sebuah nama.

sebuah titah? atau sebenarnya takdir?



seperti mereka yang menumbuk, badannya bergetar-getar.

tangannya kasar.

kemudian menelentang, badannya tergetar-getar.

menumbuk, membelai, menyulam,

wanita.



komidi putar? tak mengenal, jauh disana, ujarnya.

karena ada yang lebih mulia daripada sekedar komidi putar,

ujarnya lirih...



genta, sesaji, dan sang kaisar.

(note di fb) Aku Kerang dan Matahari

23 Mei 2010

malam sudah semakin larut. seperti kerang, aku memiliki cangkang keras.
aku tertawa untuk menangis. di setiap perhentian, aku berkaca pada air keruh. bertanya, pantaskah aku?? dadaku sesak.
aku kerang yang belajar hidup. kucoba tersenyum pada matahari, padahal aku tak melihat apa2.
dadaku semakin sesak. kepada angin, aku bertanya. kenapa ia tak mengerti?

aku kerang menatap matahari. dadaku penuh kekecewaan, karena ia terlalu angkuh untuk mengerti aku sang makhluk kecil...
aku ingin berteriak padanya. " hey kau matahri. bisakah kau tidak angkuh untukku 1 hari saja, jadikan itu hariku ? " egoiskah aku?

ia tak pernah tahu.

aku menangis ketika ia terlelap..

(note di fb) Ular pelacur

29 Maret 2010

ular itu menikamku.
bisanya mematikan, bersembur seperti layaknya kusta.
aku menulis ribuan jalinan kata, semburat fenomena kehidupan di tengah teriknya gurun.
mengapa? karena air tidak ada di gurun. terjalnya debu, menyebabkan tulisanku hilang terbawa ribuan kelelawar malam.

gurun yang panas. kata-kataku terbakar..
seekor ular kobra menikam semua tulisanku... seperti pelacur licik.. ia menikam kemudian meliuk-liukan badannya.mengibas2kan ekornya, kemudian bersembunyi dibawah pohon kamboja yang berlubang busuk.


ular pelacur yang malang.
kata-kataku, tulisanku yang terbakar, bergulung, seperti katrina dilapisi selapis pasir kerikil...dengan bernafsu menerjang, menerkam setiap batu yang menghalangnya..sensasi terbakar yang dimiliki oleh mantra kemarahan..mencari ular pelacur itu...menjadikannya busuk dibalik pohon kamboja..

(note di fb) ..sudah ada yang menghukumnya...

17 Februari 2010

tidurku tak pernah pulas. hari-hariku seakan tak pernah bebas. ada sesuatu.... yang mati-matian aku usahakan untuk menjadi baik-baik saja. aku menuang air di gelas dengan harapan tak pernah penuh, tapi ternyata gelas itu penuh juga. aku menghela nafas panjang, kucoba kali ini berlari sejauh mungkin. tapi ternyata aku tak bisa. kakiku kebas.

aku melihatnya dari kejauhan, lukisan hitam putih kehidupan. aku mencoba menertawakannya, mencoba membuatnya seakan itu biasa saja, tapi itu tak pernah berhasil. maka saat-saat seperti inilah, aku terjatuh. mereka akan tertawa... karena tau sebenarnya aku tak pernah baik-baik saja. aku selalu melihat waktu, bertanya-tanya kapan semua ini berakhir. atau aku mencoba melihat dengan kacamata lain, tapi dengan sebentar saja aku pusing. retorika ini tak pernah berhenti.

aku terbangun di pagi hari dengan pikiran kosong,pikiranku melayang jauh ke sebuah rumah gratis yang sama sekali membuatnya akan menjadi tak nyaman. rumah yang mematikan dayanya, saraf-sarafnya, kreativitasnya. aku mencoba mengalihkan pikiran itu, kubangunkan badanku. tapi darahku tak bisa berbohong lagi....

malam itu aku tersentak. hujan menghiasi kota ini dalam sekejap terdiam. malam itu biasa saja. aku duduk, dan mengobrol ringan. seperti angin,pikiran tentang rumah itu meluncur ke dalam urat-uratku, mematikan semua logika,pertahanan dan kesabaran yang aku punya. wajahku memucat.dan dengan tenangnya, mulutku berbicara. tentang bagaimana perasaan ini. pikiran ini. kegelisahan ini. kebingungan ini. keresahan ini. ketakutan ini.

aku bertanya kepada seseorang, dengan polosnya seperti aku anak kecil usia 5 tahun yang ingin dibelikan balon. aku bertanya, yang mungkin hanya semburat kalimat biasa tapi semua kegelisahan ini terwakilkan di dalamnya.

dan,, aku menangis.

aku menangis.

entah sudah berapa lama aku melupakan kalau dia hidup dalam darahku...dan entah sudah berapa lama aku menghujatnya.kecewa.marah. semua,,hanya padanya.

aku melupakan... bagaimana dia memelukku ketika aku kecil...
aku melupakan... bagaimana dia memanggilku...
aku melupakan... bagaimana dia mempercayai aku.
aku melupakan.. cara aku memanggilnya... cara aku menyalaminya...
aku melupakan... segala pertengkaran sebelumnya..
aku melupakan.... dia.

dia siapa bagiku....

dan aku menangis begitu hebatnya.....

lalu seseorang itu berkata...sudah ada yang menghukumnya....



(...bahkan ketika kutulis ini pun aku menangis..)

Going Older?

Di tengah kesumpekan, keruwetan, keanehan, kegilaan saya minggu2 ini, saya memutuskan untuk menulis. hmm mungkin bukan menulis, tapi mengetik. Kegiatan lama yang sudah lama saya lupakan.. hihihi.

anyway, chapter baru dlm hidup saya saat ini adalah menuju semester 7. uh wow. semester 7. Dalam bayangan saya dulu, cewek yang sudah semester 7 itu biasanyaa...sudah dewasa. berpenampilan menarik. tutur kata halus. berdiskusi hal-hal yg serius. pintar memasak. high heels. make up. kuat dan tegar, berkharisma.

tapi saya?
haha hihi. sangat jauuuhh dari hal-hal yg saya tulis di atas. Sepertinya saya nggak ada perubahan. masih nakal, jail, ataupun iseng. mata saya masih suka kerjap2 sebagai sinyal ada hal lucu yang bisa dibuat ketawa. masih suka main drama2an sama teman2 kuliah. (jangan heran yaa... hihihi)

saya sempat kagum sama seseorang yang mampu terlihat dewasa. terus terang saya ingiiiinnn seperti itu. tapi kemudian saya berpikir. kenapa harus ingin? kenapa harus ingin "terlihat" dewasa? kenapa tidak "menjadi" dewasa?

yah, mungkin saya tidak bisa terlihat dewasa. Mata saya masih suka kerjap2 iseng. Tapi apa otak saya masih suka iseng? Ups, nggak dong yaaa. :)

in short, akhirnya saya memutuskan berdamai dengan perasaan ingin-jadi-dewasa dengan solusi...; dewasalah dalam pikiran :) semoga bermanfaat ya buat yang membaca :)


Senin, 15 Agustus 2011

For Someone :)

2011.

haha hihi,, akhirnya blog ini selamat juga dari kegagalan Putu Irin Nandiya lainnya.. terimakasih utk seseorang yg mengingatkan saya tentang blog :)

sebentar lagi siap2 nulis lagi deh... :)